Minggu, 12 Juni 2011

SAKURA



Bunga sakura adalah bunga nasional negeri Jepang. Bunga sakura di Jepang terdiri dari ratusan jenis, jenis yang umum yaitu Prunus × yedoensis (Yoshino Cherry, yang berwarna merah muda dan putih), Sakura Hutan (yang berwarna merah muda dan putih), yamazakura (yang berwarna putih), yaezakura (yang berwarna putih atau ungu kemerahan), shidarezakura (yang rantingnya jatuh seperti pohon willow, bunga berwarna merah) dan lain – lain.

Periode berbunga pada pohon sakura ini sangat pendek, yang di Jepang dikenal dengan suatu kata kiasan yakni “7 hari bunga sakura”, yang artinya bahwa sejak sakura mulai mekar lalu layu kembali waktunya kurang lebih 7 hari, dan keseluruhan pohon sakura sejak bunga pertama mulai mekar hingga seluruh bunganya layu kurang lebih memakan waktu setengah bulan.

Di Jepang, bunga sakura dianggap sebagai pembawa rejeki dan keberuntungan. Pada upacara pernikahan dan perayaan tradisional lainnya, seringkali diharuskan meminum sup bunga sakura yang direbus dengan kelopak bunga sakura dalam sebuah wadah keramik, yang maknanya menyerap makna keberuntungan yang terkandung di dalam bunga sakura.

Musim mekarnya bunga sakura adalah pada bulan April, yang juga bertepatan dengan awal masuk sekolah, dan masuk kerja di Jepang, yang merupakan suatu titik balik terbesar dalam hidup manusia, oleh karena itu bunga sakura juga melambangkan masa depan yang penuh sinar cerah dan harapan.

Di samping itu, nama – nama jalan di berbagai pelosok di Jepang juga menggunakan nama – nama bunga sakura, tak terkecuali juga stasiun kereta api, nama kota, nama sayuran, teh, sup dan minuman. Daya tarik dan pengaruh bunga sakura sudah menyusup hingga ke dalam tulang sum – sum setiap aspek kehidupan pada masyarakat Jepang.

Senin, 06 Juni 2011

MAKNA WAKTU

U/ memhmi mkna wktu 1th,tylah seorg sswa yg ga2 dlam ujian knaikan klas. .
U/ mmhmi mkna wktu 1 blan tylah seorang ibu yg mlhrkn byi prmatur. . .
U/ mmhami mkna wktu 1 mgu tylah seorg editor mjlah mguan. .
U/ mmhmi mkna wktu 1 hr tylah seorg pkrja dg gji harian. .
U/ mmhmi mkna wktu 1 jam tylah seorg gadis yg sdg mngu kkasihnx . . .
U/ mmhmi mkna wktu 1 mnit tylah sseorg yg ktgalan krta. . .
U/ mmhmi mkna wktu 1 dtik tylah sseorg yg slmat dr kclakaan . .
U/ mmhmi mkna wktu 1 mili dtik.tylah seorg plari yg mraih mdali prak dlm olimpiade. . .
Dan akhrnx sadarkah anda bhwa waktu trz blalu?
Siapkah anda mprtgungjwbkn kpd Tuhan?
Bgmn anda mgnakan stiap mli dtik wktu anda?

vegetarian stop global warming


Vegetarian
atau nabatiwan adalah sebutan
bagi orang yang hanya makan
tumbuh-tumbuhan dan tidak
mengonsumsi makanan yang
berasal dari makhluk hidup,
seperti daging, unggas, ikan,
atau hasil olahannya. Istilah
"vegetarian" muncul pertama kali
pada tahun 1847. Kata ini berasal
dari bahasa Latin vegetus, yang
berarti keseluruhan, sehat, segar,
hidup. Definisi asli dari
"vegetarian" adalah dengan atau
tanpa telur dan hasil ternak
perah, dan definisi ini masih
digunakan oleh Vegetarian
Society hingga sekarang.
Terdapat jenis-jenis vegetarian,
yaitu semivegetarian, lacto-ovo-
vegetarian, lacto-vegetarian,
ovovegetarian, dan vegan.
Semivegetarian adalah kelompok
orang yang selain makan
makanan berbahan nabati, juga
masih memakan ikan, daging,
susu, dan telur, tapi terkecuali
daging merah. Lacto-ovo-
vegetarian, selain makan
makanan yang terbuat dari
bahan nabati, juga memakan
susu dan telur. Lacto-vegetarian
memakan makanan berbahan
nabati plus susu dan makanan
hasil olahan susu lainnya, tapi
tidak memakan telur.
Sementara, ovovegetarian adalah
kebalikan dari lacto vegetarian,
yaitu mereka yang memakan
makanan nabati dan telur, tapi
tidak makan susu dan makanan
hasil olahan susu, seperti yogurt,
keju, mentega, dan lain-lain. Yang
terakhir, vegan adalah kelompok
nabatiwan yang paling ketat.
Mereka hanya mau makanan
berbahan nabati saja. Bahkan,
madu dari lebah pun dihindari.
Lalu, apakah korelasi antara
menjadi vegan dan pemanasan
global?
Sebagaimana yang kita semua
telah ketahui, pemanasan global
(atau juga dikenal dengan istilah
bahasa Inggris-nya "global
warming") adalah peningkatan
suhu rata-rata permukaan bumi.
Penelitian yang telah dilakukan
para ahli selama beberapa
dekade terakhir ini menunjukkan
bahwa ternyata semakin
panasnya planet bumi terkait
langsung dengan gas-gas rumah
kaca yang dihasilkan oleh
aktivitas manusia. Kebanyakan
dari gas rumah kaca ini
dihasilkan oleh peternakan,
pembakaran bahan bakar fosil
pada kendaraan bermotor,
pabrik-pabrik modern, dan
pembangkit tenaga listrik.
Dalam laporan PBB (FAO-
Organisasi Pangan dan
Pertanian) yang berjudul
"Livestock's Long Shadow:
Environmental Issues and
Options" (yang dirilis bulan
November 2006) tercatat bahwa
industri peternakan adalah
penghasil emisi gas rumah kaca
yang terbesar (18%). Jumlah ini
lebih banyak dari gabungan
emisi gas rumah kaca seluruh
transportasi di seluruh dunia
(13%). Emisi gas rumah kaca
industri peternakan meliputi 9%
karbon dioksida, 37% gas
metana (efek pemanasannya 72
kali lebih kuat dari CO2), 65%
nitro oksida (efek pemanasan
296 kali lebih kuat dari CO2), dan
64% amonia penyebab hujan
asam. Peternakan menyita 30%
dari seluruh permukaan tanah
kering di Bumi dan 33% dari
area tanah yang subur dijadikan
ladang untuk menanam pakan
ternak. Bahkan, peternakan juga
penyebab dari 80%
penggundulan hutan Amazon.
Sementara itu, laporan tahun
2007 yang dirilis oleh
Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC) lebih
menyoroti masalah "pentingnya
mengubah pola hidup". Rajendra
Pachauri yang menjabat sebagai
ketua panel perubahan iklim PBB
(IPCC) sejak tahun 2002 dan juga
pemenang hadiah Nobel,
berkata, "Ini adalah sesuatu yang
takut unutk diucapkan oleh IPCC
beberapa waktu yang lalu, tetapi
kini sudah saatnya kami harus
mengatakannya. Kurangilah
konsumsi daging karena daging
benar-benar komoditas
penghasil karbon yang
signifikan."
Penelitian telah menunjukkan
bahwa 1 kg daging akan
menghasilkan 36,4 kg emisi
karbon dioksida. Selain itu,
pemeliharaan dan transportasi
yang digunakan untuk
menghasilkan sepotong daging
sapi, kambing, atau babi tersebut
membutuhkan energi dalam
jumlah yang sama untuk
menyalakan sebuah bola lampu
100 watt selama tiga minggu.
Bahkan, laporan Perserikatan
Ilmuwan Peduli (United
Concerned Scientists-UCS) dari
Belanda menyatakan bahwa
dana yang diperlukan untuk
mengekang perubahan iklim
berkurang secara dramatis
ketika daging ditiadakan dari
pola makan. Tindakan ini dapat
mencapai penghematan 80%
jika semua menerapkan gaya
hidup vegan.
Setelah mengetahui tertuduh
utama terjadinya pemanasan
global tahun-tahun belakangan
ini, apakah yang akan kita
lakukan demi "rumah" kita
tercinta ini?
Bisakah kita menjadi vegan atau
sekadar semivegetarian seumur
hidup kita, sedangkan selama ini
kita sudah sangat terbiasa
mengonsumsi daging atau
makanan olahan hewani lainnya
di setiap menu makan kita
sehari-hari. Mengurangi atau
malah sama sekali tidak
memakan daging dan makanan
olahan sejenisnya mungkin bisa
disamakan dengan perokok yang
diminta untuk menghentikan
kebiasaannya merokok seketika
itu juga. Susahnya bukan main.
Namun bila hal ini tidak segera
kita lakukan, kita pun sudah tahu
apa akibatnya bagi
kelangsungan hidup planet bumi
ini dan tentunya berkorelasi
langsung dengan kelangsungan
hidup kita sebagai penghuni
bola biru ini. Keputusan akhirnya
kini berada di tangan kita,
manusia yang adalah makhluk
hidup tertinggi yang berakal dan
beradab.